Konservasi Sumber Daya Air Hujan Oleh Nabi Yusuf AS Sekaligus Menjaga Ketahanan Pangan

Tidak ada komentar

 


 

Ybia Indonesia - Instabilitas bidang pangan sangat mempengaruhi stabilitas suatu negara dan cenderung menyebabkan kedaulatan negara lemah dam mudah dikendalikan oleh negara asing dan terjadi krisis sosial serta gangguan keamanan serta selalu terjadi kekacauan dan konflik sosial yg tidak berkesudahan.

Bercermin pada penggagas konservasi air dan konsep ketahanan pangan yaitu Nabi Yusuf AS ( 1745 – 1635 SM ), salah satu dari 25 nabi dan rasul yg di utus oleh Allah SWT untuk membimbing dan memberikan pencerahan kepada umatnya, beliau bahkan telah menerapkan konsep dan meletakkan prinsip konservasi air hujan dan ketahanan pangan lebih dari 3.700 tahun lalu. 

Konsep tersebut diterapkan oleh Nabi Yusuf  pada masa pemerintahan Raja Kiftir, penguasa kerajaan  Mesir.

Berawal dari mimpi Raja Kiftir tentang 7 ekor sapi gemuk yg dimakan oleh 7 ekor sapi kurus dan 7 tangkai gandum hijau serta 7 tangkai gandum yang kering (QS Yusuf : 43 ).


 وَقَالَ الۡمَلِكُ اِنِّىۡۤ اَرٰى سَبۡعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّاۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَافٌ وَّسَبۡعَ سُنۡۢبُلٰتٍ خُضۡرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍ‌ؕ يٰۤاَيُّهَا الۡمَلَاُ اَفۡتُوۡنِىۡ فِىۡ رُءۡيَاىَ اِنۡ كُنۡتُمۡ لِلرُّءۡيَا تَعۡبُرُوۡنَ‏


Wa qoolal maliku inniii araa sab'a baqaraatin simaaniny yaakuluhunna sab'un 'ijaafunw wa sab'a sumbulaatinkhudrinw wa ukhara yaabisaat; yaaa ayuhal mala-u aftuunii fii nu'yaaya in kuntum lirru'yaa ta'buruun

"Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi."

Mimpi raja ini pun sampai ke telinga juru minuman kerajaan,lalu menghampiri Nabi Yusuf a.s. dan bertanya apa maksud dari mimpi Raja tersebut.

Kemudian jawaban Nabi Yusu a.s. diabadikan dalam surah Yusuf ayat 47,


قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ


“Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”

Saat mendengar jawaban Nabi Yusuf a.s. Raja langsung meminta untuk menemuinya dan keluar dari sel. Namun, Nabi Yusuf a.s. memiliki persyaratan, yakni Raja harus bertanya kembali kepada para wanita (termasuk Zulaikha) yg telah memfitnahnya dan jawaban yg sangat menenangkan  keluar. Mereka bersaksi bahwa tidak ada keraguan dalam kebaikan diri dan kejujuran Nabi Yusuf a.s. Inilah kehendak Allah untuk bisa mengeluarkan Nabi Yusuf a.s dari penjara.

Raja percaya bahwa Nabi Yusuf a.s. adalah orang yg jujur. Dan percaya dengan takwil mimpi yang diberikan Nabi Yusuf a.s. atas petunjuk Allah Swt.

Berawal dari mimpi Sang Raja, merupakan sebuah petunjuk dari Allah Swt,akan datangnya kekeringan panjang selama 7 tahun. Dalam tafsir surah Yusuf ayat 47, Ibn Katsir menjelaskan bahwa Nabi Yusuf a.s. memberikan pengarahan bahwa akan ada 7 tahun subur yg kemudian akan disusul oleh kemarau panjang selama.

Nabi Yusuf AS menyarankan kepada sang raja untuk mengambil langkah kongkrit untuk mengantisipasi dampak buruk yg akan ditimbulkan. Setelah melihat kecerdasan intelektual Nabi Yusuf dalam menganalisa kondisi wilayah kerajaan, akhirnya Kiftir menyerahkan urusan ini kepada nabi Yusuf dan diangkat sebagai Menteri Urusan Pangan.

Nabi Yusuf AS menyusun konsep dan strategi ketahanan pangan melalui konservasi sumberdaya air dan sistem pengairan tehnis.

Beliau kemudian menyusun rencana pembangunan ketahanan jangka pendek yaitu selama 7 tahun pertama sebagai bentuk antisipasi terhadap prakiraan terjadinya anomali iklim dan cuaca pada 7 tahun berikutnya.

Kebijakan pertama yang diambil  sang menteri adalah melakukan penanaman pohon yg mampu menyimpan air hujan ke dalam tanah.Membangun embung di banyak tempat dan menggali sumur resapan di setiap rumah.

Beliau juga membangun bendungan dan irigasi tehnis untuk mengairi pertanian gandum dan palawija lainnya.

Nabi Yusuf memerintahkan seluruh rakyat Mesir untuk mengoptimalkan sumberdaya lahan yg didukung ketersediaan sumberdsya air yg berlimpah untuk melakukan penanaman gandum secara massal. 

Seluruh potensi lahan  dimanfaatkan untuk mendukung program peningkatan produksi pangan yg terus dipacu selama 7 thn dengan upaya peningkatan indeks pertanaman menjadi 2 kali musim tanam dalam setahun. 

Strategi ini terbukti sangat efektif meningkatkan produksi gandum dan palawija meningkat drastis  2 kali lipat dari produksi sebelumnya dan rakyat hidup dalam kecukupan pangan.

Kebijakan kedua yang diterapkan oleh Nabi Yusuf AS adalah membangun cadangan pangan dengan cara membangun lumbung pangan di semua wilayah kerajaan, rakyat diwajibkan untuk menyimpan setengah dari hasil produksi pertaniannya pada lumbung pangan untuk persediaan pangan 7 tahun mendatang yang langsung dalam pengawasan dan koordinasi Nabi Yusuf.

Beliau juga menciptakan silase dari limbah pertanian yg difermentasi sebagai pakan ternak.

Pohon kayu di gunung dan di hulu hingga hilir sungai tumbuh subur sehingga tidak terjadi banjir saat hujan.

Pohon kayu itu juga akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar saat menghadapi kemarau panjang 7 tahun mendatang.

Kebijakan ketiga adalah mengatur dan mengawasi distribusi cadangan pangan pada saat negara dalam kondisi rawan pangan akibat musim kemarau yg berkepanjangan  hingga 7 tahun.

Ternyata prediksi Nabi Yusuf AS tentang perubahan ekstrim iklim dan cuaca akhirnya terbukti, setelah 7 tahun kerajaan Mesir mengalami musim hujan dan seluruh rakyat bisa bercocok tanam, 7 tahun berikutnya, seluruh wilayah kerajaan dilanda kemarau dan kekeringan berkepanjangan sehingga tdk dapat melakukan aktivitas pertanian dan peternakan. 

Berkat kebijakan Nabi Yusuf membangun lumbung cadangan pangan dan cadangan air tanah didalam embung dan sumur mencukupi untuk kehidupan  selama kemarau panjang.

Kecukupan pangan untuk ternak krn tersedianya silase dari limbah pertanian. Berlimpahnya kayu yang mati sebagai bahan bakar selama kemarau panjang.

Stabilitas keamanan kerajaan tetap terjaga, tidak ada konflik sosial dan gangguan keamanan, karena rakyat tetap dalam kondisi kecukupan pangan.

Ada 4 prinsip pokok tentang ketahanan pangan yang diterapkan oleh Nabi Yusuf AS dan masa kini masih relevan untuk diterapkan.

Pertama:

Prinsip Optimalisasi  Lahan.

Yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian yg dapat menghasilkan produk bahan pangan pokok.

Kedua:

Prinsip Manajemen Sumberdaya Air dan Logistik Pangan.

Masalah pangan penggunaan air tanah sepenuhnya dikendalikan langsung oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan pangan pada saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan pangan masyarakat mulai berkurang.

Ketiga:

Prinsip Mitigasi Bencana Kerawanan Pangan. 

Yaitu melakukan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana kelaparan dan kondisi rawan pangan yg disebabkan oleh perubahan drastis kondisi alam dan lingkungan.

Keempat:

Prinsip Deteksi Dini dan Prediksi Anomali Iklim dan Cuaca.

Yaitu melakukan analisis terhadap kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrim dengan mempelajari fenomena alam seperti tingkat curah hujan, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, evaporasi atau penguapan air permukaan sehingga dibangun embung dan sumur resapan sebagai cadangan air tanah. 

Untuk memprediksi kemarau panjang maka Nabi Yusuf juga memperhitungkan intensitas sinar matahari yg diterima oleh bumi. 

Prediksi dini terhadap kemungkinan terjadinya anomali iklim dan cuaca yg dilakukan oleh Nabi Yusuf AS terbukti secara ilmiah bahwa hal itu bukan sekedar dugaan/rekayasa dongeng belaka. Pengamatan dan Analisis yg dilakukan oleh otoritas klimatologi di hampir semua negara dunia, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Indonesia (BMKG) membuktikan bahwa anomali/perilaku menyimpang dari iklim dan cuaca bisa terjadi pada kurun waktu 5 sampai 10 tahun sekali.

Pada masa Nabi Yusuf AS, 3.700 tahun lalu, semua kebijakan ketahanan pangan diterapkan dengan intuisi dan ketajaman /kecerdasan intelektual yg dipadukan dengan pengamatan terhadap gejala alam secara kasat mata , saat ini penerapan kebijakan peningkatan ketahanan pangan  didukung oleh kemajuan teknologi lewat mekanisasi pertanian, penggunaan benih-benih unggul, penerapan pola tanam terpadu, serta penerapan teknologi pasca panen dan penyimpanan. 

Dalam hal pengamatan prakiraan iklim dan cuaca, saat ini sudah didukung dengan peralatan navigasi teknologi satelit sehingga mampu menghasilkan data yg valid dan akurat.

Apapun yg dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk membangun ketahanan pangan, sebenarnya telah mengadopsi konsep ketahanan pangan yg dilakukan oleh Nabi Yusuf AS.

Penyadur Gus Endro, Pengurus Dewan Pimpinan Nasional JRHN Pusat

Tidak ada komentar

Posting Komentar