Ybia Indonesia - Siapa ikhwan TQN Suryalaya yang tidak mengenal Aki Anta? Beliau adalah khadim dalam arti yang sebenarnya yaitu pelayan. Tapi pelayan istimewa krn melayani dua wali agung di Suryalaya. Sejak masa mudanya Aki Anta melayani Pangersa Abah Sepuh. Kemudian dilanjutkan dengan melayani Pangersa Abah Anom.
Maka karena khidmatnya yang luar biasa itulah Aki Anta mendapatkan keberkahan yang istimewa. Dikaruniai Allah swt menguasai ilmu alam ghaib & beberapa kekuatan supranatural. Bahkan Wakil Talqin TQN Suryalaya Alm Drs KH Abdullah Ghalib Siregar menjuluki beliau sebagai Raja Jin. Karena memang banyak kisah nyata yang beredar di kalangan ikhwan bahwa para jin sangat takut jika berhadapan dgn Aki Anta.
Demikian juga sesepuh ikhwan TQN Suryalaya di DKI Jakarta; Alm KH Husein Mu’aif pernah memberikan kesaksian. Saat kami berziarah di Puncak Suryalaya diimami oleh Aki Anta. Engkong Kiai Husein Mu'aif berkata, “Biarpun bacaan beliau kedengeran belepotan. Biarin ajah. Kita jadi ma’mum ajah. Krn lebih nyampe & lebih tembus beliau dari pada kita.”
Suatu saat alfaqir bersama sahabat yang bernama Aswan sengaja menyertai Aki Anta. Kami mengikuti beliau berjalan dari Madrasah Suryalaya menuju rumah beliau di belakang Wisma Bogor. Lalu Aswan bertanya kpd beliau. “Aki, apakah pernah bertemu Jin setinggi itu?” Tanyanya sambil menunjuk menara Masjid Nurul Asror.
“Oohh iyaa… Aki pernah jatuh dari situ!” Jawab Aki Anta spontan sambil menunjuk ke puncak menara masjid. Jawaban yang tentu saja tidak sesuai dengan pertanyaannya. Karena Aki Anta sehari-harinya memang telah menggunakan alat bantu pendengaran.
Walau pun jawabannya tidak nyambung, tapi kami malah jadi penasaran, “terus bagaimana, Ki?”
“Waktu itu Aki sedang membantu pembangunan menara masjid. Ketika Aki sedang kerja di puncak menara. Tanpa sadar Aki terjatuh. Waktu lagi jatuh… terasa… Ini semua hidup…” Jawab Aki Anta sambil menepuk-nepuk lengannya bergantian, juga menepuk-nepuk tubuh & pahanya. Subhanallaah! Alfaqir memahami maksud beliau. Bahwa ketika terjatuh dari puncak menara beliau malah merasakan aliran dzikrullah yang hidup di sekujur tubuhnya. Aki Anta merasakan & mengalami sensasi dzikir Lathifah 7 (Lathifah Qalab/Kullu Jasad).
“Makanya… Aki jatuhnya jadi seperti melayang.Tidak langsung jatuh lurus ke bawah menara. Tapi jatuh melayang sampai di depan Madrasah. Pas bener jatuhnya di depan Pangersa Abah yang sedang mengawasi pembangunan menara masjid. Gedebum!” Cerita Aki Anta seru. Membuat kami semakin penasaran bagaimana kelanjutan ceritanya.
“Terus Abah malah bilang ‘Eehh Anta, koq lompat? Ayo bangun, shalat syukur ke masjid’ maka Aki langsung bangun & melaksanakan shalat syukur ke masjid. Untungnya Abah bilangnya lompat, coba kalo Abah bilangnya jatuh, Aki bakalan remek deh… Hahaha…” Aki Anta tertawa mengakhiri ceritanya krn mengenang peristiwa itu. Subhaanallaah! Sambil takjub kami juga ikut tertawa bersama beliau.
Lalu kami berjalan terus melewati pintu antara dapur madrasah & tempat wudhu wanita. Terus berjalan menuju ke arah rumah beliau. Ketika sampai di tikungan (hook di depan rmh Pangersa Haji Baban), Aki Anta menunjuk ke arah pohon besar di perbukitan atas sekitar lokasi pemakaman.
Lalu Aki Anta berkata: “Nah, dari arah sana Aki pernah diberondong senapan mesin gerombolan (DI/TII)!”
“Diberondong senapan mesin, Ki?” Tanya kami seru.
“Iyaa. Baju Aki sampai jadi bolong-bolong semua. Terus baju Aki itu sekarang ada di Abah. Disimpan oleh Abah di Madrasah. Kata Abah buat kenang-kenangan..” Jawab Aki Anta menjelaskan.
“Terus bagaimana rasanya diberondong senapan mesin, Ki?” Tanya kami penasaran.
“Anget ajah..” Jawab Aki Anta datar. Sedangkan kami tertawa terbahak-bahak campur takjub. Peluru-peluru panas dirasakan cuma hangat saja & tdk bisa menembus sedikit pun kulit Aki Anta. Subhaanallaah! Sungguh pengalaman penuh kesan tak terlupakan, krn pernah bertemu dgn figur ikhwan TQN Suryalaya yang luar biasa. Alhamdulillaah…
Ilaa hadhrati Aki Haji Anta Surya.. Bibarakati wa karamati Pangersa Abah Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin QS.. AlFaatihah..!
Tidak ada komentar
Posting Komentar