Spirit Ramadhan 1445 H/2024 M (Bag.16) "Quantum Puasa dan Spiritualitas"

Tidak ada komentar


Oleh: Ki alit Pranakarya 

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ


Ybia Indonesia - "Quantum merupakan interaksi yang mampu mengubah energi menjadi cahaya. 

Apabila aktivitas yang dilakukan dengan ikhlas di bulan puasa akan mendapatkan sebuah lompatan sehingga mampu mengubah energi lahiriah menjadi energi ilmiah. 

Inilah yang dimaksud dengan quantum puasa. Lompatan tersebut diraih dengan berusaha memperbanyak amal baik secara vertikal maupun horizontal yaitu dengan cara ibadah kepada Allah dan banyak berbuat baik antar sesama dan alam sekitarnya secara kontinyu."

Puasa Ramadhan adalah momentum untuk menghayati hakikat kekekalan energi. Bahwa kekuasaan Allah SWT meliputi segala sesuatu termasuk diri sendiri. 

Kekekalan ini terasa ketika tidak makan dan minum, serta menahan hawa nafsu maka yang terjadi adalah kun fayakun, energi ilahi yang luar biasa dahsyat akan mengalir dalam diri kita.

Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Hukum ini berlaku untuk semua energi bahkan seluruh aspek termasuk aspek kehidupan manusia. 

Aktivitas yang kita lakukan setiap hari merupakan perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contohnya, saat kita makan, kita mengubah energi kimia dari makanan menjadi energi yang kita gunakan untuk bergerak dan berpikir. Energi tersebut tidak akan berubah saat kita diam.

Kita kuat sesungguhnya bukan karena energi dari makanan dan minuman, melainkan karena La Haula Wa La Quwwata Ila Bil-Lah (tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah). 

Ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia bahwa Tuhanlah yang Memiliki Semua Energi di alam semesta ini. Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam kekekalan energi-Nya yang abadi yaitu Energi Ilahi. 

Hakikat energi yang berasal dari makanan dan minuman itu sebenarnya hanya energi yang bisa terjadi atas perkenaan-Nya semata.

Quantum merupakan interaksi yang mampu mengubah energi menjadi cahaya.

Bulan ramadhan adalah bulan penuh energi, sebab di dalamnya turun wahyu Alquran. Dan di dalam Alquran terdapat himpunan energi yang tidak ada batasnya. 

Jangan kita menelantarkan kesempatan ini, baik energi lahiriah, dan energi ilmiah, maupun energi spiritual-religius. 

Inilah yang harus kita sadari bersama dalam ibadah puasa pada bulan Ramadan, yaitu menyadari adanya energi yang luar biasa besar, luas dan besarnya, di dalam Alquran. 

Energi ini perlu kita gali kembali. Perlu kita himpun kembali untuk meningkatkan ketakwaan, keimanan dan keilmuwan serta keamalan kita.

Definisi Quantum, menurut para ahli fisika adalah suatu unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi. 

Pakar Fisika lainnya berpendapat Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. 

Dengan mengambil persamaan Einstein tentang energi, yakni E = m.c2, E adalah energi (baca: potensi dalam diri manusia), m adalah materi (baca: fisik manusia) dan c adalah suatu konstanta (baca: pelipat ganda) yang besarnya 3 x 108 (m/s), maka setiap diri manusia memiliki suatu potensi dalam diri untuk dilipatgandakan menjadi suatu energi yang dahsyat (baca: kekuatan) untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. 

Untuk itu, diperlukan suatu keyakinan untuk “mengkuantumkan” diri (baca: membangkitkan) potensi yang ada dalam diri.

Teori kuantum telah membuktikan bahwa pada tataran mikrokospis, semua materi adalah energi. 

Tubuh kita yang secara kasat mata kita lihat sebagai benda padat, sesungguhnya tidaklah padat, melainkan “ruang hampa” yang memiliki getaran energi yang tidak henti-hentinya. 

Seluruh aktivitas yang dilakukan dengan ikhlas di bulan puasa akan mengubah energi lahiriah menjadi energi ilmiah.


Di dalam QS An Nur 35 menjelaskan :


ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

(Allāhu nụrus-samāwāti wal-arḍ, maṡalu nụrihī kamisykātin fīhā miṣbāḥ, al-miṣbāḥu fī zujājah, az-zujājatu ka`annahā kaukabun durriyyuy yụqadu min syajaratim mubārakatin zaitụnatil lā syarqiyyatiw wa lā garbiyyatiy yakādu zaituhā yuḍī`u walau lam tamsas-hu nār, nụrun 'alā nụr, yahdillāhu linụrihī may yasyā`, wa yaḍribullāhul-amṡāla lin-nās, wallāhu bikulli syai`in 'alīm)

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Kenapa Allah SWT mengidentifikasikan diri-Nya dengan perumpamaan Cahaya Maha Cahaya ? Jawabannya adalah cahaya tidak pernah kehabisan energi.

Di dalam fisika, cahaya atau gelombang elektromagnetik adalah sebuah panjang gelombang tertentu yang dipancarkan dari sumber dengan gravitasi yang lebih kuat, yang terpancar menuju area dengan gravitasi yang lebih rendah. 

Pengamat akan melihat bahwa panjang gelombang yang diterimanya akan menjadi lebih besar (frekuensi lebih rendah, energi lebih rendah), itu yang disebut fenomena gravitational redshift. 

Dalam kondisi seperti ini (dalam orde cahaya) harus dijelaskan menggunakan hukum relativitas, dan tidak bisa menggunakan fisika klasik.

Fenomena ini mirip dengan ketika ada dua orang, yang satu tinggal di bumi dan satunya naik pesawat dengan kecepatan yang mendekati cahaya. Kedua orang tersebut mengukur panjang sebuah benda yang diam di bumi. Hasil pengukuran mereka ternyata berbeda. Ini tidak bisa dipahami dengan fisika klasik tapi bisa dipahami menggunakan hukum relativitas.

Pada gravitational redshift tidak ada energi yang hilang, hanya ada perbedaan pengamatan akibat beda tempat, perbedaan tersebut harus dilihat secara relativistik (menggunakan hukum relativitas) jadi tidak ada yang hilang dan tidak ada yang aneh.

 Hukum relativitas tidak pernah mengatakan bahwa kita bisa mundur ke masa lampau, itu hanya terjadi pada film fiksi saja. Tetapi menurut hukum relativitas bahwa waktu memang bisa terasa lama tergantung dari posisi pengamatnya. 

Fenomenanya bisa diamati salah satunya yaitu ketika foton dari cahaya matahari bergerak menuju bumi, waktu menjadi relatif bagi si foton.

Masih di dalam fisika bahwa semua partikel (apapun itu jenisnya) tidak bisa bergerak dengan kecepatan melewati 3 x 108 m/s (kecepatan cahaya). Mungkin itu sudah dibatasi oleh yang menciptakan alam ini. 

Kalau ada partikel yang mampu bergerak dengan kecepatan melampaui kecepatan cahaya persamaan relativitas menjadi tidak terdefinisikan. 

Jika kita naik pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif terhadap bumi, kemudian kita menembakan peluru pada arah yang sama dengan pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif terhadap pesawat, maka kecepatan peluru terhadap bumi tidak menjadi 1,5 C.

Ramadhan sebagai bulan penuh energi karena memiliki banyak kelebihan dan hikmah yang besar bagi manusia baik secara lahiriah maupun bathiniah. 

Ibadah di bulan puasa dilipat-gandakan oleh Allah sehingga memungkinkan manusia untuk menambah potensi energi spiritual-relegiusnya yang mengakibatkan pacaran gelombang elektromagnetik dari diri (tubuh) manusia akan semakin kuat. 

Gelombang elektromagnetik tersebut adalah bentuk hasil dari latihan yang dilakukan selama ibadah di bulan puasa.

Allah SWT telah menyediakan fasilitas yang banyak di bulan ramadhan agar manusia berlomba-lomba mendapatkan kekuatan atau energi yang optimal karena semua kehidupan adalah energi. 

Tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai hamba, tujuannya adalah untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. 

Energi Ilahi sebagaimana tercermin dalam energi dalam hukum fisika, akan kekal abadi sepanjang masa dan kita akan bisa mendapatkannya kapanpun kita inginkan asal punya niat dan kemauan. 

Seperti yang telah diuraikan diatas, Quantum puasa dalam perspektif fisika. Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik berarti studi tentang gerakan”. 

Jadi mekanika kuantum adalah ilmu yang mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. 

Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. 

Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini tersusun energi. 

Sebagai bulan penuh energi, tentu memiliki banyak hikmah yang besar bagi manusia. Bagi siapa saja yang beribadah di bulan ramadhan niscaya akan dilipatgandakan pahala oleh Allah. Dengan demikian energi positif melalui gelombang elektromagnetik, akan mengalir menambah potensi energi spiritual religius dalam diri manusia. 

Gelombang elektromagnetik tersebut adalah bentuk hasil dari meditasi yang dilakukan selama ibadah di bulan ramadan. 

Quantum merupakan interaksi yang mampu mengubah energi menjadi cahaya. Apabila aktivitas yang dilakukan dengan ikhlas di bulan puasa akan mendapatkan sebuah lompatan sehingga mampu mengubah energi lahiriah menjadi energi ilmiah. 

Inilah yang dimaksud dengan quantum puasa. Lompatan tersebut diraih dengan berusaha memperbanyak amal baik secara vertikal maupun horizontal yaitu dengan cara ibadah kepada Allah dan banyak berbuat baik antar sesama dan alam sekitarnya secara kontinyu. 

Telah banyak fasilitas yang Allah sediakan di bulan ramadan, sehingga tidak ada alasan manusia untuk tidak dapat kekuatan atau energi yang optimal, karena semua kehidupan di bulan ramadhan adalah energi. E = mc2 adalah rumus fisika yang terkenal dalam fisika quantum yaitu Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. 

Tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai hamba, tujuannya adalah untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. 

 Melalui artikel ini #kaP mengajak semuanya  untuk senantiasa bisa melakukan lompatan jauh ke depan dalam mengisi dan memaknai setiap datangnya bulan suci ramadhan agar puasa yang kita lakukan tidak sia-sia, dan bernilai tinggi di hadapan Allah. 

Terdapat banyak jalan dan hakikat yang perlu jadi pedoman untuk sampai ke ketinggian ruhaniah dan spiritual ramadhan. 

Untuk sampai ke puncak ruhaniah tersebut, setiap waktu selama ramadhan akan diisi dengan amal ibadah, seperti salat wajib dan salat sunah, tadarus Alquran, shalat tarawih dan salat witir, qiyamull lail, shadaqah, i’tikaf, thalabul ilmi, berzikir, tidak berghibah, Taddabur Alam, Saturahim, dan lain-lain.

Wallahu A’lam…


Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.


Ki alit Pranakarya 

Inisiator / Penggagas & Ketum FSSN Foundation (Forum Silaturahmi Spiritual Nusantara).

Tidak ada komentar

Posting Komentar