Memilih Teman

Tidak ada komentar

 



Ybia Indonesia - Pada umumnya, seseorang akan meniru dan menyerupai sifat-sifat dan karakter orang yang senantiasa bersamanya. Bergaul dengan orang-orang yang lalai dari kewajiban,suka tebar fitnah dan hoax,suka berbohong dan menipu,suka buka aib orang,biasanya akan menjadikan seseorang tidak mengindahkan apa yang Allah wajibkan kepadanya. 

Imam Malik rahimahullah berkata:  

لَا تَصْحَبْ فَاجِرًا لِئَلَّا تَتَعَلَّمَ مِنْ فُجُوْرِهِ

 “Janganlah bergaul dengan orang yang fasik agar engkau tidak belajar dari kefasikannya!”


 Ibnu Rusyd mengatakan: 

لَا يَنْبَغِي أَنْ يُصْحَبَ إِلَّا مَنْ يُقْتَدَى بِهِ فِي دِيْنِهِ وَخَيْرِهِ، لِأَنَّ قَرِيْنَ السُّوْءِ يُرْدِي

 “Tidak seyogyanya dijadikan teman kecuali orang yang dapat diteladani agama dan kebaikannya, karena teman yang buruk akan menjadikan hina.” 

Jika persahabatan antar saudara sesama Muslim sudah diniatkan karena Allah dan didasarkan pada ketakwaan, maka adab-adab pergaulan sesama mereka pasti terjaga. 

Di antara sekian banyak adab pergaulan adalah tidak berburuk sangka kepada teman kita dan tidak membuka aibnya, selalu berpikiran positif mengenai perilakunya selama hal itu memungkinkan. 

Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda:  

 إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ (رواه البخاري) 


 “Janganlah kalian berburuk sangka, karena prasangka adalah (termasuk) pembicaraan yang paling dusta”  (HR al-Bukhari). Ibnu al-Mubarak mengatakan:   

المُؤْمِنُ يَطْلُبُ المَعَاذِيْرَ وَالمُنَافِقُ يَطْلُبُ الزَّلَّاتِ

 “Seorang mukmin yang baik pastilah mencari-cari ‘udzur (alasan yang bisa diterima), sedangkan seorang munafik pastilah mencari-cari kesalahan.”

Tidak ada komentar

Posting Komentar