Kajian Ilmiah dan Spiritual (sufistik), "Indera Ke-7"

Tidak ada komentar

 



Oleh: ki alit Pranakarya 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aali sayidina Muhammad

"Jika Indera Keenam itu kemampuan ketajaman intusi, maka Indera ketujuh telah melampaui di atas itu (kasyaf)"

Ybia Indonesia - Manusia memiliki lima panca indra: sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap.

Organ penginderaan saling berinteraksi untuk mengirimkan pesan ke otak, hingga dapat membantu manusia mengerti dan memahami lingkungan sekitar.

Selain lima indra tersebut, manusia juga memiliki indra lainnya, yaitu indera ke enam dan ketujuh.

Setiap manusia dalam menunjang sukses hidupnya dilengkapi dengan akal, hati dan lima indera.

Pengunaan indera lihat, dengar, rasa, bicara dan gerak adalah kemampuan dasar yg memungkin orang dapat bergerak dan berbuat.

Kelima indera dasar itu telah menjadikan manusia dapat melahirkan budaya, (cipta, rasa dan karsa) yang menjadi warisan bagi kehidupan sebagaimana dicatat sejarah kehidupan dan perjalanan hidup manusia.

Manusia individu terus berganti, sesuai hukum kehidupan, namun budaya tetap berjalan dan bersambung.

Budaya manusia itu kolektivitas dari semua hasil indrawi yang ditorehkan manusia, sejak zaman pra sejarah sampai kontemporer.

Dalam perkembangan  wacana filsafat manusia sudah lama disebut bahwa manusia tertentu bukan hanya memiliki 5 indera, akan tetapi punya indera ke enam.

Indera keenam itu diartikan sebagai bentuk dari capaian kecerdasan yang melebihi empiris (pengalaman) dan rasionalis (kecerdasan kausality). 

Indera ke-6 itu diasosiasikan dgn kelebihan yang betsifat inner (kemampuan batini)  dalam menyelesaikan problema.

Indera keenam sering dilekatkan pada orang yg dalam memberikan pandangan dan atau mengambil keputusan yg rumit dengan cepat, akurat dan tidak menyisakan masalah lainnya.

Artinya kemampuan indera keenam adalah melebihi kapasitas empiris, dan rasio, ia bisa menerjemahkan suara hati dalam keputusan yang tepat.

Pengusaha sukses yang awalnya miskin, pejabat rendah lalu melejit, akademisi dengan karya best seller lalu menjadi referen luas, pemimpin yg mendapat dukungan luas dan berhasil membawa perubahan signifikan adalah contoh mereka yg dikatakan memiliki piranti tambahan ( value added) berupa indra keenam.


Indera Ke-7 Core Value Insan (Mukasyafah)

Melebihi dari indera keenam kini sudah pula dilansir core value (inti nilai) yang melekat pada diri orang-orang pilihan apa yg dinamakan dengan indera ketujuh.

Indera ketujuh adalah bentuk pencapaian yang  hanya bisa didapatkan oleh mereka  yang dapat memaksimalkan potensi insaninya.

Indera ketujuh dalam sistim ruhani Islam dinamakan mata batin. Indikasi indera Ke-7 itu dapat dinamakan kasyaf. Keterbukaan mata hati dalam menilai dan menentukan sikap adalah tanda nyata orang yang efektifnya indra ketujuh seseorang.

Perlu dipahami bahwa ketersedian sumberdaya insani yang kuat dan memiliki indera ke-6 dan Ke-7 adalah modal bagi pengembangan budaya maju dan bermartabat.

Beberapa pendapat mengatakan juga, bahwa Indra ke-7 adalah kemampuan membaca gerakan masa depan, lima sampai sepuluh tahun yang akan datang.
Dengan mengetahui gelagat masa depan, seorang seseorang akan lebih sigap mengambil sejumlah langkah berani, tegas, teguh.

Indra ke-7 ini bisa meraba adanya peluang yang patut dikembangkan. Dan bisa meraba adanya bahaya yang tidak kasat mata yang perlu dihindari.

Kita semua sepakat bahwa seorang yang kasyf adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengetahui hal-hal gaib baik tentang dirinya maupun diluar dirinya, yang telah terjadi atau yang akan terjadi

kasyf adalah penyingkapan atau pengetahuan langsung dari Allah setelah seorang pejalan Spiritual (sufi) berhasil melampaui tahap dzauq.

Dzauq, yaitu rasa yang diterima oleh hati atau bathin. Seperti rasa tenteram karena merasa nikmat (ladzat) dalam berdzikir, shalat, dan lain sebagainya. 
Dzauk merupakan cita rasa yang merupakan sebuah pengalaman spiritual langsung. Dzauq merupakan tahapan atau lebih tepatnya, haal (kondisi spiritual) pertama dalam pengalaman pengungkapan diri Allah (tajalli).
Rasa ini diperoleh dari perjalanan rohani dalam berbagai maqamat, serta berbagai perilaku dzikir dari seorang sufi (pendaki atau pejalan Spiritual).

Dari dzauq, perjalanan Spiritual seorang sufi terus diarahkan pada kemenyatuan (larut dalam Keesaan).

Kasyf merupakan salah satu jenis pengetahuan langsung, yang dengan itu pengetahuan tentang Hakikat diungkapkan pada hati seorang sufi (Pejalan Spiritual) dan kekasih yang mencintai Allah.

Dengan sifat rahmat-Nya, Allah memberikan kepadanya sebuah Pengungkapan diri Allah. Tidak hanya menambah pengetahuannya tentang Allah, melainkan juga menambah kerinduannya yang menggelora dalam lautan cintanya kepada Allah.

Disinilah seorang sufi (Pejalan Spiritual) sampai pada sebutan Ahl al-kasyf wa al-wujud (Kaum Penyingkap dan Penemu). Dalam penyingkapan itulah mereka menemukan dan bertemu Allah. 

Kasyaf adalah salah satu karamah atau kelebihan yang diberikan Tuhan kepada hamba-hambaNya yang dikasihiNya.
Apa yang ingin disebut di sini adalah kasyaf yang dianugerahkan Tuhan kepada kekasihNya atau waliNya.

Kasyaf merupakan cahaya yang menghantarkan para salik (Pejalan Spiritual) untuk sampai kepada Allah.
Dia buka penghalang/hijab pandangan bagi mereka, dan menghilangkan sebab-sebab yang tersurat dari diri mereka, sebagai hasil dari Mujahadah, Khalwat dan Zikir yang mereka lakukan.

(Al-Ghazali berkata, “sesungguhnya kesucian hati dan penglihatannya dapat dicapai dengan zikir. Dan ini tidak akan boleh dilakukan kecuali orang-orang yang bertaqwa. Taqwa adalah pintu zikir, zikir adalah pintu Kasyaf dan Kasyaf adalah pintu kemenangan terbesar yaitu bertemu dengan Allah”

Walaupun tidak dinafikan, ada kasyaf yang didapati oleh orang awam, kasyaf seperti itu bisa saja menipu dan merusakkan diri mereka.
Kasyaf itu jika tidak dipimpin dan dijaga, niscaya menjadi istidraj kepada mereka.

Bagi wali Allah, hal-hal kasyaf sebenarnya telah dijanjikan Tuhan sebagaimana dalam sebuah hadis qudsi,

Allah berfirman yang maksudnya: Orang yang mendekatkan diri kepadaKu, mengerjakan yang fardhu dan yang sunat, sehingga Aku cinta kepada mereka lalu Aku menjadi pendengaran mereka dan Aku menjadi penglihatan mereka.

Kasyaf yang dianugerahi dan dikaruniai para wali Allah ini ada banyak bagiannya, seperti berikut:

1) Kasyaf Mata:
Mata dapat melihat alam mawara-ul-maddah atau disebut sebagai alam yang indah atau boleh disebutkan sebagai alam di luar kebendaan.
Di sini, mata dapat melihat perkara-perkara ghaib seperti malaikat, jin dan syaitan.

2) Kasyaf Telinga:
Kasyaf telinga disebut juga hatif.
Telinga mampu mendengar benda-benda yang ghaib. Mendengar suara tetapi tidak nampak wujudnya, seperti ada suara dari jin yang soleh, malaikat atau waliullah.

Suara itu adakalanya membawa berita gembira, ada kalanya berita yang negatif.

Tujuannya ialah, Allah hendak memberikan Isyaroh kepada orang yang mendapatnya.
Kalau berita itu berita gembira, akan mengabarkanya. Sebaliknya, kalau berita itu berita duka, juga akan mengabarkannya.
Oleh karena itu, orang-oran yang memiliki kemampuan ini akan tahu terlebih dahulu, sekurang-kurangnya dia boleh bersiap menghadapi ujian itu.
Atau dia boleh mengelak/menghindari dari pada bahaya itu.

3) Kasyaf Mulut:
Tuhan beri kepada orang itu, lidahnya "tajam’ seperti doanya dikabul atau apa yang dia sebut terjadi, apa yang diucapkan menjadi kenyataan.

Juga, di mana saja dia memberi kuliah, nasihat, mengajar, berdakwah dan sebagainya, ia mudah diterima masyarakat dan cepat mengubah hati mereka. Akhirnya berubah lah sikap masyarakat.

Karomah seperti ini biasanya dikaruniakan kepada pemimpin dan para ulama, serta  Penasehat Spiritual (Spiritual Advisor).

4) Kasyaf Akal:
Mendapat ilmu yang bermacam-macam yang Allah karuniakan pada seseorang terus jatuh ke hatinya.
Ini terjadi tanpa dia belajar, tanpa membaca, tanpa mentelaah dan tanpa berguru. Dinamakan juga ilham atau ilmu laduni (Multi Talenta).

Agar tidak terkeliru, perlu diingat orang yang hendak dapat ilmu laduni itu, dia mestilah memaham ilmu Syariat dulu.

5) Kasyaf Hati:
Dinamakan juga firasat. Inilah kasyaf yang tertinggi daripada kasyaf-kasyaf yang disebutkan tadi.

Biasanya dikaruniakan kepada pemimpin. Itupun tidak banyak kerana Allah dikaruniakan hanya kepada pemimpin-pemimpin yang sangat soleh, yang sangat sabar menanggung ujian yang begitu berat ditimpakan kepada mereka.

Kasyaf hati ialah: rasa hati atau gerakan hati yang tepat lagi benar.
Dia mampu memahami mazmumah dan pengetahuan yang bermacam-macam yang kadang-kadang kita tidak mengerti.
Memiliki Kecerdasan di atas yang genius.

Termasuk juga memiliki kemampuan dapat membaca diri seseorang.

Nabi pernah bersabda, “Hendaklah kamu takuti firasat orang mukmin karena dia melihat dengan pandangan Allah”. Apa yang dimaksudkan dengan firasat itu ialah kasyaf hati.

Orang yang mendapatnya dapat memimpin dirinya dan dapat memimpin orang lain.

Kesimpulannya adalah orang-orang memiliki kemampuan Indera Ketujuh adalah orang-orang yang Kasyaf (telah terbuka hujan atau tabir,  terbuka sesuatu yang ghaib melalui mata hati).

Kemampuan Indera ketujuh dimiliki oleh orang-orang yang Waskita, yang mampu membaca masa depan atau memiliki pandangan jauh ke depan (Visioner).

Kemampuan Indera ke-tujuh adalah orang-orang memiliki kecerdasan diatas rata-rata orang yang Genius. Sehingga orang yang memiliki kemampuan Indera ketujuh adalah orang-orang yang memiliki Daya Cipta, inovasi dan gagasan yang brilian.

Semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.

ki alit Pranakarya 
Insiator/ketua umum FSSN Foundation (Forum Silaturahmi Spiritual Nusantara).

Tidak ada komentar

Posting Komentar