Kajian Ilmiah dan Spiritual (sufistik), "Thariqah sebagai Solusi di Era Globalisasi"

Tidak ada komentar

 



Oleh: ki alit Pranakarya 

Ybia Indonesia - Dari segi bahasa thariqah berasal dari bahasa arab thariqah  yang artinya jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu.
Secara harfiah thariqah berarti jalan yang terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.

Di kalangan Muhaddisin thariqah digambarkan dalam dua arti:
Pertama menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar), dan kedua didasarkan pada sistem yang jelas dibatasi sebelumnya.

Selain itu thariqah juga diartikan sekumpulan cara –cara yang bersifat renungan, dan usaha inderawi yang mengantarkan pada hakikat, atau sesuatu data yang benar.

Jika dikaji asalnya, tasawuf berasal dari kata sufi yang berarti suci. Maksudnya, seorang sufi adalah orang yang telah mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama, dengan satu tujuan yaitu berjumpa dengan Allah (berada sedekat mungkin dengan Allah). 

Tasawuf juga berasal dari kata ahl al-suffah, diambil dari istilah sebuah pelana yang dijadikan Rasulullah SAW sebagai bantal ketika beliau hijrah dari Mekah ke Madinah.

Pendapat lain mengatakan bahwa  tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang yang ketika shalat selalu berada di barisan paling depan, sehingga ia mendapat kemuliaan. 

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shaufanah, yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian orang sufi berbulu-bulu seperti ini sebagai lambang kesederhanaannya. Pendapat mengatakan bahwa asal kata tasawuf adalah suf berarti bahwa kain yang dibuat dari bulu wol. Kaum sufi menggunakan wol kasar untuk pakaiannya sebagai lambang kesederhanaan. 
 
Konkretnya, tasawuf berarti moralitas-moralitas yang berazaskan Islam. Artinya, bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat Islam.

Apa yang menjadi Karakteristik tasawuf? Pada dasarnya tasawuf dan semua alirannya memiliki obsesi kedamaian dan kebahagiaan spiritual yang abadi, kemudian tasawuf merupakan pengetahuan langsung melalui tanggapan intuisi dengan menyingkirkan tabir penghalang, sehingga ia akan merasakan realitas (Tuhan) serta dalam tasawuf juga ada statement bahwa adanya peleburan diri dengan kehendak tuhan melalui fana, yaitu peleburan diri dengan tuhan dalam realitas tunggal.

Bagaimana dengan tarekat? Tarekat juga banyak berkembang dikalangan umat islam. Tidak sedikit lembaga-lembaga kajian yang beraliran tarekat. 

Apa itu tarekat? Tarekat  berasal dari bahasa Arab “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, atau aliran. 

Tarekat merupakan suatu organisasi sufi yang dipimpin oleh seorang Syaikh atau Mursyid yang memiliki zikir, tata cara dan upacara ritual tersendiri yang disepakati bersama. 

Biasanya para pengikut, terikat pada aturan dan keharusan untuk setia dengan melakukan bai’at. Tarekat mulai berdiri pada abad 3 dan 4 hijriah.

Apa Hubungan Tasawuf dengan Tarekat? Ketika kita membahas tentang tasawuf, akan ditemukan suatu pembahasan mengenai tarekat, hal ini merupakan jalan yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 

Apakah persamaan tasawuf dan tarekat? Jawabannya adalah:

Yang pertama; keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan melakukan ibadah ditambah dengan tata cara zikir, dan bacaan wirid tertentu. 

Yang kedua; materi yang diajarkan seorang Syaikh kepada pengikutnya hampir sama dengan materi yang diajarkan oleh seorang sufi, bedanya dalam tarekat untuk sampai pada pengalaman rohani, seseorang dibimbing oleh seorang Syaikh (pemimpin). Sedangkan dalam tasawuf, untuk sampai pada pengalaman rohani, hanya mengandalkan diri sendiri tanpa bantuan orang lain. 

Yang ketiga; Tarekat merupakan bagian dari tasawuf. Jika kita membahas masalah tasawuf, akan kita temui bagian khusus yang mengulas seputar tarekat beserta rentetannya. 

Yang keempat; Tasawuf dicapai secara perorangan, dengan pemaknaan diri serta kesadaran sendiri tanpa campur tangan orang lain. Sedangkan tarekat dilakukan dengan usaha bersama di bawah bimbingan Syaikh untuk mencapai tujuan.  

Secara terminology, berdasarkan dari berbagai sumber klasik maupun kontemporer, thariqah juga dapat dimaknai sebagai ”suatu sistem hidup bersama dan kebersamaan dalam keberagaman sebagai upaya spiritualisasi pemahaman dan pengalaman ajaran Islam menuju tercapainya ma’rifatullah.

Pandangan ki alit Pranakarya thariqah ialah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan. 
Pendapat lain mengatakan thariqah adalah perjalanan hidup yang harus ditempuh di antara mahkluk dan khaliq.

Dalam ilmu tashawuf juga dikatakan bahwa syari’at itu merupakan peraturan, thariqah itu merupakan pelaksanaan sedangkan haqiqoh merupakan keadaan dan ma’rifat merupakan tujuan yang terakhir.

Dengan memperhatikan berbagai pendapat di atas, kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan thariqah adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalam nya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam.

Amalan dalam thariqah ini ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Tuhan.

Ada juga yang memberikan definisi bahwa Thariqah adalah suatu metode atau cara yang harus ditempuh seorang salik (orang yang meniti kehidupan sufistik) , dalam rangka membersihkan jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah.

Metode ini semula dipergunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid – muridnya sebagaimana madzhab – madzhab dalam bidang fiqih dan firqah – firqah dalam bidang kalam pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyah organisasi yang disebut thariqah.

Bangunan agama Islam dibagi menjadi tiga konsep yang berdiri saling menopang secara utuh, al imân, al islâm, dan al ihsân.
Dimensi Ihsan, menjadi penyempurna. Tanpanya, dua dimensi yang lain akan cukup namun takkan pernah paripurna.

Tasawuf & Thariqoh menegaskan diri untuk mengasah penyempurnaan tersebut. 
jika Ihsan tersebut ialah buah pencapaian (maqam), maka tasawuf & Thariqoh adalah jalan sekaligus guide ke sana. 
Sehingga selain memetakan posisi dan tujuan beragama, oleh tangan para sufi, tasawuf juga merumuskan teori-teori praktikum yang diperlukan.

Ada sebuah teori bahwa pencapaian seorang muslim setidaknya bisa dipetakan menjadi tiga perjalanan penting, yaitu syariat, hakikat, dan makrifat.

Dalam tasawuf dikenal pula istilah Thariqah (tarekat), yang merujuk pada identifikasi perguruan spiritual.

Perkembangan tarekat tasawuf di banyak kawasan dan negara, memberikan warna tersendiri dalam kehidupan spiritual pemeluk agama. 
Di Indonesia sendiri, tarekat amatlah banyak. Dan peran para ulama sufi dari tarekat tersebut amatlah besar dan sanggup mewarnai corak keberagamaan umat.

Zaman modern ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serba mekanik dan otomatis. Banyak fasilitas hidup ditemukan mulai dari sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari, alat transportasi, alat komunikasi, sarana hiburan dan sebagainya. 

Yang pada kenyataannya, segala kemudahan, kesenangan dan kenyamanan lahiriah yang diberikan oleh materi, ilmu dan teknologi pada taraf tertentu menimbulkan kebosanan, tidak membawa kebahagiaan umat manusia, bahkan banyak membawa bencana. Hal itu disebabkan ada "Sesuatu yang tercecer" dalam pandangan orang modern. 

Abad modern sebagai abad teknokalisme sangat mengabaikan harkat kemanusiaan yang paling mendalam, yaitu bidang kerohanian.

Manusia modern telah dilanda kehampaan spiritual. Kemajuan dalam lapangan ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transendental, suatu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dan berasal dari yang benar-benar mutlak dan berisi amanat yang harus dilaksanakan, sedangkan dunia beserta isinya dan apa yang dihasilkan oleh manusia bersifat nisbi.
Penyakit lain dari dunia modern adalah paham sekularisme, suatu paham yang menjauhkan benda dari makna spiritualnya.

Di sini tasawuf -tarekat dengan ajaran rohani dan akhlak mulianya dapat memainkan peranan penting. tasawuf-tarekat ibarat nafas yang memberikan hidup, yang memberi semangat pada seluruh struktur Islam baik dalam perwujudan sosial maupun intelektual. Tarekat sebagai organisasi yang tersusun baik dalam masyarakat Islam, yang mempunyai pengaruh kuat dan mendalam atas seluruh struktur kemasyarakatan.

Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan maka manusia modern mengidap kekeringan jiwa antara lain berupa: (a) Kecemasan, 
(b) Kesepian, 
(c) Kebosanan, 
(d) Perilaku menyimpang, dan
(e) Psikosomatis.

Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang mengganggu jiwanya. Oleh karena itu, sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi problem tersebut. 
Pada masyarakat Barat Modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban Barat yang sekuler, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental (Mental Health). 

Sedangkan pada masyarakat Islam, karena mereka (kaum muslimin) pada awal sejarahnya tidak mengalami problem psikologis seperti yang dialami oleh masyarakat Barat, maka solusi yang ditawarkan lebih cenderung bersifat religious spiritual, yakni tasawuf atau akhlak. Keduanya menawarkan solusi bahwa manusia itu akan memperoleh kebahagiaan pada zaman apapun jika hidupnya bermakna. 
Pertanyaan yang timbul ialah bagaimana hidup bermakna pada zaman modern itu.

Di sinilah kehadiran tasawuf & Thariqah benar-benar merupakan solusi yang tepat bagi manusia modern, karena tasawuf Islam memiliki semua unsur yang dibutuhkan oleh manusia, semua yang diperlukan bagi realisasi kerohanian yang luhur, bersistem dan tetap berada dalam koridor syariah.

Relevansi tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. 
Ia bisa dipahami sebagai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf suluky, dan bisa memuaskan dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf falsafi. 
Ia bisa diamalkan oleh setiap Muslim, dari lapisan social maupun tempat manapun. Secara fisik mereka menghadap satu arah, yaitu Ka’bah dan secara rohaniah mereka berlomba-lomba menempuh jalan tarekat melewati ahwal dan maqam menuju kepada Tuhan yang satu, Allah SWT.

Sejauh ini, kita memahami bahwa tasawuf hanya sebagai sarana pendekatan diri manusia kepada Allah SWT melalui segala jenis ritme ibadah seperti taubat, zikir, iklhas, zuhud, dan lain-lain. 
Tasawuf dicari orang lebih untuk sekedar mencari ketenangan, ketentraman dan kebahagian sejati manusia, ditengah orkestrasi kehidupan duniawi yang tak memiliki arah dan tujuan pasti. 
Tasawuf menjadi sangat penting, karena menjadi fondasi dasar dalam upaya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tasawuf diibaratkan bagaikan “magnet”. Dia tidak menampakkan diri ke permukaan, tapi mempunyai daya kekuatan yang luar biasa. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk apa saja. 

Dalam kehidupan modern yang serba materi, tasawuf bisa dikembangkan ke arah yang konstruktif, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. 
Ketika suatu masyarakat sudah terkena apa yang disebut penyakit alinasi (keterasingan) karena proses pembangunan dan modernisasi, maka pada saat itulah mereka butuh pedoman hidup yang bersifat spiritual yang mendalam untuk menjaga integritas kepribadiannya.

Terdapat sejumlah alasan tentang sebab-sebab meningkatnya masyarakat modern terhadap tasawuf, sebagai berikut:

Pertama, salah satu ciri kehidupan masyarakat modern ialah terlalu mengandalkan kekuatan akal dan fisik, atau hanya mengakui sesuatu yang masuk akal dan tampak dalam pandangan, yang selanjutnya melahirkan paham rasionalisme, empirisme, positivisme, sekularisme, hedonisme, dan pragmatisme. 
Paham yang demikian sangat merugikan keutuhan manusia sebagai makhluk yang selain memiliki pancaakal dan pancaindra, juga memiliki hawa nafsu, al-nafs, qalb, fu’ad, ruh, sirr, dzauq, dan lainnya. 

Berbagai potensi rohaniah ini sesuatu yang real yakni ada yang sesungguhnya, sebagaimana juga akal dan fisik. 
Akibat dari keadaan hidup yang hanya mengutamakan akal dan pancaindra ini, maka manusia menjadi robot, dan mesin yang kehilangan keutuhannya. 
Akibat keadaan yang demikian, manusia menjadi tidak utuh, merasa terasing, kesepian, rapuh, tidak punya pilihan dan pegangan hidup yang kukuh, yakni nilai-nilai spiritual yang berasal dari Allah SWT. Untuk menyelamatkan keadaan yang demikian perlu ajaran tasawuf.

Kedua, masyarakat modern yang bergerak dalam bidang jasa dan industri dengan berbagai aneka ragamnya semakin memerlukan nilai-nilai spiritual yang dapat memberikan bekal dan pegangan yang kukuh bagi usahanya itu. 

Menjadi sufi di masa modern saat ini tidak mesti dengan cara pergi bertapa ke gunung, atau mengisolasi diri ke tempat yang sunyi, atau membiarkan hidup miskin dan sengsara. 
Pandangan tasawuf yang demikian itu kini telah diganti dengan pandangan tasawuf yang transformatif dan integrated, yaitu nilai-nilai tasawuf seperti kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kehati-hatian, kesabaran, keteguhan dalam prinsip, kepercayaan yang teguh pada Tuhan. 

Keyakinan pada janji Tuhan dan nilai-nilai ajaran tasawuf lainnya ternyata sangat dibutuhkan dalam mengelola berbagai usaha bisnis di zaman modern.

Ketiga, ajaran selalu dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf dan kesungguhan dalam membersihkan diri dari dosa serta kesungguhan mencari keridhaan Allah SWT. Saat ini ternyata juga digunakan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. 

Masyarakat modern saat ini sudah mulai sadar, bahwa di antara penyakit ada yang penyebabnya karena hubungan yang tidak baik dengan Tuhan. Oleh karena itu, proses penyembuhannya dapat dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf.

Keempat, bahwa jumlah orang yang gelisah, pikiran kacau, stres, dan gejala penyakit kejiwaan lainnya saat ini makin banyak jumlahnya. 
Keadaan jiwa yang demikian itu menyebabkan produktivitas kerjanya menurun dan ketenteraman hidup makin terancam. 

Masyarakat modern yang demikian itu makin membutuhkan sentuhan ruhani dan pencerahan spiritual yang dapat mengembalikan kehidupannya menjadi lebih nyaman, tenang, tenteram, damai, dan harmonis yang selanjutnya amat dibutuhkan guna meningkatkan produktivitasnya.

Masyarakat modern ditandai oleh lima hal, yakni:

Pertama, berkembangnya mass culture. 
Kedua, tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak manusia menuju perubahan masa depan. 
Ketiga, tumbuhnya berpikir rasional, sebagian besar kehidupan umat manusia ini semakin diatur oleh aturan-aturan rasional. 
Keempat, tumbuhnya sikap hidup yang materialistik. 
Kelima, meningkatnya laju urbanisasi.

Relevansi tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. 
Terdapat sejumlah alasan tentang sebab-sebab meningkatnya masyarakat modern terhadap tasawuf, di antaranya bahwa ajaran tasawuf yang menekankan kedekatan pada Tuhan, mengenal, dan mencintainya, yang sangat diperlukan untuk mengimbangi kecenderungan manusia terhadap masalah-masalah yang bersifat duniawi dengan segala akibatnya. 

Tasawuf berusaha mengendalikan manusia agar tidak diperbudak oleh dunia yang fana yang akan menjerumuskannya.

Thariqah Mu'tabaroh:
Yang dimaksud Thariqah Mu'tabaroh adalah aliran thariqah yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau menerima dari Malaikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril AS dari Allah SWT.
Sedang Thariqah Ghairu Mu'tabarah adalah aliran thariqah yang tidak memiliki kriteria seperti tersebut diatas.

Berikut Nama-nama Tarekat/ Thoriqoh Mu'tabaroh :
1. Rumiyyah                               
2. Rifaiyyah                                
3. Sa’diyyah                               
4. Bakriyyah                               
5. Justiyyah                                 
6. Umayyah                             
7. Alawiyyah                              
8. Abasiyyah
9. Zainiyyah
10. Dasuqiyyah
11. Akbariyyah
12. Bayumiyyah
13. Malamiyyah
14. Ghoibiyyah
15. Tijaniyyah
16. Uwaisiyyah
17. Idrisiyyah
18. Samaniyyah
19. Buhuriyyah
20. Usyaqiyyah
21. Kubrowiyyah
22. Maulawiyyah
23. Jalwatiyyah
24. Baerumiyyah
25. Ghozaliyyah
26. Hamzawiyyah
27. Haddadiyyah
28. Matbuliyyah
29. Sumbuliyyah
30. ‘Idrusiyyah
31. Utsmaniyyah
32. Syadliliyyah
33. Sya’baniyyah
34. Kalsyaniyyah
35. Khodliriyyah
36. Syathoriyyah
37. Khalwatiyyah
38. Bakdasiyyah
39. Syuhrowardiyyah
40. Thoriqoh Ahmadiyyah
41. ‘Isawiyyah Ghorbiyyah
42. Turuqi Akabiril – Auliyyak
43. Qodiriyyah wa-Naqsyabandiyyah
44. Kholidiyyah wa-Naqsyabandiyyah
45. Haqqaniah wa Naqsyabandiyah
46. Ahli Muzalamatil-Qur’an was-SunnahWadaailil Khoiroti Wata’limi-Fathil Qoribi Au-Kifayatul-Awami.

Semoga bermanfaat, 
Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.

ki alit Pranakarya 
Penggagas/Ketum FSSN Foundation (Forum Silaturahmi Spiritual Nusantara)

Tidak ada komentar

Posting Komentar