Ketika Bung Karno Lepas Pangkat dan Merangkak di Makam Rasulullah SAW

Tidak ada komentar


Ybia Indonesia - Presiden pertama Republik Indonesia, Dr. Ir. H. Soekarno, adalah sosok besar yang selalu meninggalkan jejak tak biasa di mana pun ia melangkah. Tidak hanya diagungkan di tanah air, pesona dan wibawanya juga menggema hingga ke negeri-negeri jauh termasuk Arab Saudi, yang kala itu sangat menghormatinya.

Melepas Segala Pangkat di Hadapan Sang Nabi

Peristiwa ini diceritakan oleh Sayyid Husein Muthahar, pencipta lagu-lagu perjuangan seperti Hari Merdeka, Syukur, dan Hymne Pramuka, yang saat itu turut mendampingi Bung Karno berhaji. Ketika berjalan di Kota Madinah bersama Raja Saud bin Abdul Aziz, Bung Karno bertanya dengan penuh rasa hormat:

"Di mana makam Rasulullah SAW, wahai Raja?

Raja Saud menjawab sambil menunjuk dari kejauhan:

"Itu... makam Rasulullah SAW sudah terlihat dari sini."

Dan pada detik itu juga tanpa ragu, tanpa berpikir panjang Bung Karno melepaskan semua atribut dan tanda pangkat kenegaraannya. Tindakan yang membuat Raja Saud terperangah.

"Mengapa Anda melepaskan itu?" tanya sang Raja, kebingungan.

Bung Karno menatapnya mantap, dengan suara yang bergetar penuh keyakinan:

"Yang ada di sana itu Rasulullah SAW... pangkatnya jauh lebih tinggi dari kita. Aku dan dirimu, tak ada apa-apanya di hadapan beliau."

Lalu, dengan ketundukan total, Bung Karno berjalan merangkak mendekati makam Rasulullah SAW sebuah tindakan yang membuat seluruh rombongan terdiam dalam kekaguman.

Air Mata yang Menyentuh Langit

Sesampainya di makam Nabi Muhammad SAW, Bung Karno berdiri terpaku. Dalam hening yang khusyuk, ia berdoa tanpa suara, dan air matanya tak terbendung. Sang pemimpin bangsa yang gagah, pemberani, dan selalu lantang di depan rakyatnya—tiba-tiba luluh sepenuhnya di hadapan Sang Nabi Agung.

Beberapa menit berlalu dalam kesunyian. Rombongan ikut larut dalam suasana yang menyayat hati. Tidak seperti jemaah haji lain, Bung Karno dan rombongan diperkenankan masuk lebih dekat ke area makam, sebuah kehormatan yang tak diberikan kepada sembarang orang.

Kekaguman Raja Saudi dan Hadiah yang Tak Biasa

Sejak saat itu, hubungan Indonesia–Arab Saudi menghangat. Raja Saud tidak hanya menyambut Bung Karno sebagai tamu negara, tetapi sebagai sahabat. Sebelum pulang ke Indonesia, Raja Saud menghadiahkan mobil Chrysler Crown Imperial, mobil istimewa yang digunakan Bung Karno selama kunjungannya. Hadiah tersebut menjadi simbol penghormatan seorang raja kepada tamunya yang rupanya tidak hanya dihormati, tetapi diam-diam dikaguminya.

Pesan Spiritual Bung Karno: Lebih Dalam dari Sekadar Gelar “Haji”

Dalam perjalanan pulang, Dr. Soeharto, dokter pribadi Bung Karno yang ikut dalam rombongan, merekam perkataan yang tidak pernah ia lupakan. Bung Karno berkata:

"To... jangan engkau pakai predikat ‘haji’ sebelum benar-benar dapat mendirikan salat secara tertib, sebagaimana diperintahkan. Jangan sekadar menjalankan."

Sebuah nasihat yang menunjukkan betapa dalam pemahaman spiritual seorang Soekarno pemimpin yang sering dianggap penuh kebesaran duniawi, namun begitu tulus memuliakan urusan akhirat.


Mengapa Makam Bung Karno Selalu Ramai?

Menurut Al Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athos Azzabidi, ulama yang dekat dengan Gus Dur, sebab makam Bung Karno di Blitar selalu ramai diziarahi adalah karena:

"Bung Karno sangat memuliakan Nabi Muhammad SAW."

Kemuliaan itu kembali kepada beliau dalam bentuk doa dan kecintaan manusia yang tak pernah putus, bahkan puluhan tahun setelah wafatnya.


Jejak yang Tak Lekang oleh Waktu

Kisah ziarah Bung Karno di Madinah bukan sekadar cerita sejarah. Ini adalah potret spiritual seorang pemimpin besar; seorang manusia yang tunduk sepenuhnya pada sosok yang beliau cintai Rasulullah SAW. Dan bagi siapa pun yang mendengarnya, kisah ini bukan hanya menggetarkan hati… tapi mengingatkan bahwa kemuliaan sejati datang dari kerendahan hati.



Tidak ada komentar

Posting Komentar