Ybia Indonesia - Beliau adalah putra ke empat dari KH. Ahmad bin Syu'aib yang lahir pada tahun 1925 M. Sejak kecil beliau telah mulai belajar dasar-dasar ilmu agama kepada para Masyayikh sarang, terutama pada ayah dan pamannya, KH. Zubair Dahlan. Beliau pada waktu muda tumbuh menjadi pemuda yang mampu menguasai beberapa fan dasar ilmu agama.
setelah beranjak dewasa, beliau melanjutkan istifadahnya ke pesantren Lirboyo Kediri yang saat itu diasuh oleh Mbah Manab (KH.Abdul Karim), KH. Marzuqi Dahlan, dan KH. Mahrus Aly. Sementara syaikhuna Maemoen Zubair dan KH. Abdul Wahab Sulang adalah teman beliau sewaktu nyantri di sana. Beliau juga pernah nyantri kepada Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy'ari diTebuireng Jombang. Dari asuhan ketiga ulama itu, mereka bertiga akhirnya menjadi kiai alim dan sosok kharismatik didaerahnya.
Berdakwah Di Kampung Halaman
Sepulang dari pesantren Lirboyo, beliau menjadi pemuda yang berwawasan luas lagi Zuhud. Sebenarnya kecerdasan KH. Abdul Hamid sudah nampak sewaktu muda, sehingga beliau digadang-gadang oleh KH. Ahmad sebagai penerus perjuangan nya kelak.
Keluarga
KH. Abdul Hamid menikah dengan sepupunya sendiri bernama Nyai Hj. Rofi'ah (putri KH. Imam Kholil dengan Nyai Hj. Zainab). Dari pernikahan ini beliau hanya dikaruniai tiga putri, yaitu :
1. Nyai Hj. Hasanah (istri KH. M. Muthi')
2. Abidah (Almh)
3. Roudhoh (Almh).
Selama di Sarang, KH. Hamid mengasuh sebuah musholla pemberian ayahnya ( KH. Ahmad) dari PP MUS dengan dibantu oleh menantunya, yaitu KH. Muthi' Ma'shum. Musholla yang juga terdapat satu kamar untuk santri itu bernama "musholla Al-Hidayah" yang sekarang menjelma menjadi sebuah bangunan besar, pesantren Al-Hidayah yang diasuh oleh KH. Ustukhri Irsyad, menantu KH. M. Muthi' (cucu menantu KH. Abdul Hamid)
Bersama-Sama Ke Makkah Al-Mukarromah
Pada suatu ketika, tepatnya pada tahun 1369 H, beliau diajak ayahnya, KH. Ahmad untuk menunaikan ibadah haji bersama lima orang lainnya, karena pada saat itu memang KH. Ahmad dikenal sebagai kiai yang kaya raya. Kelima orang tsb adalah :
1. Nyai Hj. Khodijah ( istri KH. Ahmad),
2. KH. Abdul Jalil
3. Nyai Hj. Rofi'ah (istri KH. Abdul Hamid)
4. KH. Abdurrahim
5. Syaikhuna Maemoen Zubair.
Kepribadian
Seperti kakaknya (KH. Abdul Jalil), KH. Abdul Hamid juga tidak bersedia mengajar di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyah, madrasah wakafan ayahnya (KH. Ahmad). Beliau memilih untuk sibuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, hingga terkadang berperilaku aneh (bagi kebanyakan orang).
menurut cucu menantu beliau, KH. Kholid Suyuthi, semua itu bermula ketika KH. Hamid membaca kitab tentang tasawuf, yakni kita Al-Yawaqit Al-Jawahir karya Abdul Wahab As-Sya'roni (kitab pemberian Sayyid Syatho kepada KH. Ahmad). Setelah membaca kita kecil itu, tiba tiba KH. Hamid jadzab, seolah olah beliau telah merasakan nikmatnya bertakarub kepada Allah SWT. Sehingga, KH. M. Muthi' (menantunya) mengambil kitab itu dan menyembunyikannya Ke Pamotan, Rembang. Namun, KH. Hamid mengetahui tindakan memantunya. Beliau meminta agar kitab itu dikembalikan. Hingga akhirnya kitab tsb diberikan kepada KH. Kholid Suyuthi dengan beberapa halaman yang telah hilang karena bentuk kitab saat itu berupa khurasan yang mudah lepas.
KH. Abdul Hamid memang sering memberikan sebagian kitab kitabnya kepada para santri. Sehingga kebanyakan kitab kitab beliau tidaklah lengkap, seperti Shohih muslim dan Al bajuri yang hanya ada satu jilid.
Karomah
KH. Abdul Hamid memang sering jadzab, namun beliau memiliki banyak mazziyah (keunggulan) diluar nalar manusia. Suatu ketika, KH. Hamid hendak menyebrang jalan, tiba tiba datang sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Karena sopir tak mampu mengendalikan laju mobilnya, lantas ia menabrak KH. Hamid yang sedang berada ditepi jalan. KH. Hamid terseret sampai sekitar 100 meter sehingga pakaian yang ia kenakan menjadi compang camping. Namun atas izin Allah, KH. Hamid tidak terluka sedikitpun. Beliau langsung berdiri dan kembali berjalan menuju pondok.
Wafat
KH. Abdul Hamid wafat pada tanggal 9 Syawal 1998 M dalam usia 73 tahun. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman Serut, dekat ayahandanya, KH. Ahmad bin Syu'aib. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan nikmatnya kepada beliau, serta mengalirkan keberkahannya kepada kita. Amiin.
Tidak ada komentar
Posting Komentar