Spiritual dan Problem Solving. "Kecerdasan Spiritual SQ, Cara tepat Memecahkan Persoalan Hidup"

Tidak ada komentar

 



Ybia Indonesia - SEMUA orang siapa pun dia pasti punya masalah, yang berbeda adalah cara memandang masalah dan cara mengatasi masalah itu sendiri. Ketika kita salah memahami masalah dipastikan kita tak akan menemukan sebuah solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi, bahkan muncul masalah baru.

Memecahkan masalah merupakan aktifitas sehari-hari yang dihadapi setiap orang. Setiap orang juga memiliki cara mereka masing-masing untuk menyelesaikan suatu masalah. 
Adapun hal terpenting yang perlu dimiliki setiap orang saat menyelesaikan suatu masalah yakni kecerdasan, karena kecerdasan itu sendiri merupakan anugrah yang dimiliki setiap orang termasuk untuk menyelesaikan suatu masalah. 
Dan kecerdasan spiritual merupakan puncak untuk untuk setiap kecerdasan yang lain karna spiritualitas merupakan bentuk kecerdasan secara utuh yang mana mencakup dari intelektualitas, emosional dan spiritual itu sendiri.

Kecerdasan spiritual adalah jenis kecerdasan yang erat kaitannya dengan kemampuan spiritual yang membantu seseorang untuk hidup lebih baik.

Spiritualitas adalah pengalaman yang pribadi bagi tiap orang. Cara seseorang untuk menggapai kecerdasan spiritual juga berbeda-beda, ada yang melakukannya dengan Dzikir, kontemplasi, berdoa, Tadabbur Alam dan sebagainya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan yang menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Membangun kecerdasan spiritual / Spiritual Quotient (SQ), acap kali gagal dilaksanakan oleh sebagian manusia, sebab manusia seringkali membuat bantahan rasional terhadap kehendak hati.

Menjalankan kehendak hati sejatinya akan tiba pada bentuk perilaku yang benar, dan kebenaran yang mutlak adalah Allah SWT.

 Manusia lahir ke dunia ini dengan fitroh yang artinya suci sebagaimana diterangkan dalam surat Ar-Ruum Ayat 30:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 
Fa aqim waj-haka lid-dīni ḥanīfā, fiṭratallāhillatī faṭaran-nāsa 'alaihā, lā tabdīla likhalqillāh, żālikad-dīnul qayyimu wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya'lamụn.

"Maka hadapkan lah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"

Manusia yang hidup selalu berada pada kebenaran pencipta selama manusia mengikuti kata hati, sebab hati yang fitroh pasti berorientasi terhadap kebenaran, dan setiap manusia memiliki itu.

Sebagaimana diterangkan oleh HR. Al-Bukhari dan Muslim:
"Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu ialah hati”. 

Maka kecerdasan spiritual ialah bagaimana mengikuti kehendak hati dalam setiap memilih makna hidup. Yang akan membawa pada hakikat kehidupan sebagaimana tujuan diciptakannya manusia yaitu untuk menyembah pada pencipta. 

Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mampu mengetahui hal-hal mana yang tidak boleh, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.

Ketidakmampuan manusia membangun kecerdasan spiritual dalam kehidupan mereka disebabkan oleh belenggu pikiran yang mempengaruhi hati untuk bertindak diluar kehendak hati mereka sehingga ketentraman belum mereka raih.

Belenggu itu yakni prasangka negatif, prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding, dan fanatisme, yang membuat manusia selalu mengesampingkan kehendak hati.

Maka untuk mencapai kehendak hati yang suci sebagai pedoman hidup perlu untuk membersihkan belenggu tersebut dari diri kita.

Membangun kecerdasan spiritual diperlukan sebuah kesungguhan untuk memahami suara hati fitroh, atau nilai-nilai dasar spiritual (Inner Values). Perlu disadari bahwa dorongan suara hati fitroh adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisah-pisah.

Pemahaman dan pemaknaan suara hati fitroh sebaiknya tidak dengan mengambil sepotong atau sebagian sesuai selera pribadi saja, tidak pula dengan mengabaikan sifat-sifat yang lain. Selain itu sifat-sifat Allah itu juga mesti diawali dengan proses penjernihan hati menuju keadaan yang suci dan bersih. Segala keputusan yang kita ambil, jika dilandasi dengan hati fitroh maka akan menemukan kebijaksanaan dan kepercayaan diri.

Proses pengambilan keputusan ini adalah proses dinamis ketika kita dihadapkan pada beragam dorongan hati. Untuk mendapatkan suara hati fitroh, gunakanlah spiritual wisdom milik-Nya sebagaimana dipaparkan dalam Al-Qur’an:

"Allah memerintahkan berbuat adil, melakukan kebaikan dan dermawan terhadap kerabat. Dan Ia melarang perbuatan keji, kemungkaran dan penindasan. Ia mengingatkan kamu supaya mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl 16;90).

 Manusia yang mampu membangun kecerdasan spiritual dalam hidupnya bisa mengetahui hakikat hidup dan tujuan diciptakannya manusia untuk apa, dan arah perjuangannya kepada siapa, sesuai dengan yang dimaksud oleh sang pencipta. Sehingga wujud hidupnya ialah ketentraman sejati.-

Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.

ki alit Pranakarya 
Penggagas/Ketua Umum FSSN Foundation (Forum Silaturahmi Spiritual Nusantara).

Tidak ada komentar

Posting Komentar