Pangeran Angka Wijaya

Tidak ada komentar


Ybia Indonesia - Pangeran Angka Wijaya merupakan salah seorang cucu Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati. Ia mendapatkan tugas untuk menyebarluaskan dakwah dan ajaran Islam di wilayah Cirebon bagian timur, yaitu Losari.

Lokasi Makam beliau jika dari arah timur jalan pantura, nanti lampu merah losari belok kanan. 

Makam Pangeran Angkawijaya/ Panembahan Losari, diyakini selain sebagai ahli agama, juga mempunyai keahlian lain di bidang seni. 

Konon motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing adalah hasil dari buah kreasinya. 

Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. 

Selain itu, beliau juga diyakini merupakan pencipta Kesenian fenomenal asal Losari yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh (Alm) Nyai Sawitri Maestro Tari Topeng Losari Cirebon.

Panembahan Angkawijaya, menyingkir ke Kabupaten Brebes Jawa Tengah, lantaran terjadi konflik dalam internal Kasepuhan Cirebon. 

Dalam pengasingannya Angkawijaya melakukan dakwah Islam hingga mangkat dan dimakamkan di pinggir timur Sungai Cisanggarung, tepatnya Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, yang merupakan perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat.

Makam Panembahan Angkawijaya atau dikenal juga sebagai Panembahan Losari merupakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Brebes. 

Bagian depan makam tersebut merupakan permakaman umum. Masuk ke dalam lagi, ada sejumlah bangunan serta tempat parkir kendaraan bagi peziarah. 

Di sana juga terdapat gapura, mushala, sumur, serta tempat peristirahatan yang juga digunakan tempat musyawarah para pengurus makam. 

Kompleks makam Panembahan Angkawijaya terpisah dan berada di ujung timur. Untuk masuk ke cungkup makam apalagi masuk ke inti makam, tidak sembarangan orang bisa masuk karena harus ada izin khusus dari pengurus makam. 

Sama seperti lazimnya tempat permakaman umat islam, warga yang berkunjung selain berziarah juga memanjatkan doa-doa serta membaca ayat-ayat suci Alquran atau bertadarus. 

Menurut juru kunci makam Panembahan Angkawijaya yakni Bapak Subekti, dulu ada sejumlah bangunan seperti gapura yang dulunya berjumlah tiga dibongkar satu dan sekarang tinggal dua dikarenakan tidak bisa dimasuki kereta kencana setiap kali ada acara kirab, terpaksa ada gapura yang dibongkar.

Angkawijaya menyamar sebagai masyarakat biasa dan melakukan proses dakwah penyebaran agama Islam di wilayah Losari.

Selain ahli agama, Panembahan Angkawijaya juga ahli budaya dan seni. Hasil kreasi lain darinya yaitu menciptakan kereta kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. 

Panembahan Angkawijaya juga pencipta motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing, yang merupakan corak batik yang menjadi ikonis wilayah Cirebon dan pesisir barat Laut Jawa. 

Pangeran Angkawijaya merupakan anak dari perkawinan Ratu Wanawati (Cirebon) dengan anak keturunan raja (Demak), Pangeran Dipati Carbon.

Panembahan Angkawijaya atau Pangeran Losari itu menyingkir dari kehidupan keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan kerajaan yang serba gemerlap. 

Dikisahkan terkait dengan dakwah Islam yang berasa mundur di Cirebon, Sultan Panembahan Ratu segera mengumpulkan seluruh warga keraton untuk membahas masalah ini. 

Maka singkat cerita ditunjuklah Pangeran Angkawijaya sebagai pengganti leluhurnya Sunan Gunung Jati mensyiarkan Islam di tlatah Cirebon.

Dipilihnya Pangeran Angkawijaya atas saran sesepuh Kraton Cirebon yakni Pangeran Wirasuta. Bergegaslah Pangeran Angkawijaya memohonkan izin dan restu kepada pinisepuh Kasultanan Cirebon. 

Beliau mulai melanglang buana, dimulai dari negeri Cibeo Rawaian yang saat itu diperintah oleh Nyi Mas Kirana yang sakti. 

Disebut dalam Caruban Nagari, Nyi Mas Kirana merupakan cucu Menjangan Wulung yang pernah membuat hura-hura di kompleks masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon. 

Dengan baik-baik, Pangeran Angkawijaya meminta Nyi Mas Kirana meninggalkan keyakinan lama dan menganut agama Islam.

Upaya itu ditampik oleh Nyi Mas Kirana. Akibatnya terjadi pertempuran. Nyi Mas Kirana mengeluarkan selendang yang dikibaskan seperti badai. Atas ijin Allah, Pangeran Angkawijaya berhasil mengalahkan penguasa Cibeo Rawaian tersebut.

Dari Cibeo Rawaian, Angkawijaya melanjutkan ke arah Dermayu hendak menemui Arya Sela yang merupakan cucu Cuntang Barong. 

Arya Sela memiliki kesaktian dari tatapan matanya yang bisa membuat seseorang menjadi patung.terhadap siapa yang dipandangnya. Datanglah Pangeran Angkawijaya sembari uluk salam.

Arya Sela memandangnya dengan tajam. Tetapi ia kaget demi tamu yang ditatapnya tak ada memberi pengaruh dari kesaktian tatapannya. 

Dengan kata lain tamu yang datang bukan sembarangan. Keinginan Angkawijaya ditolak hingga akhirnya terjadilah perang tanding yang dimenangkan Angkawijaya.

Kemenangan demi kemenangan dan stabilitas politik kesultanan Cirebon terkendali dari keterlibatan Pangeran Angkawijaya sebagai duta kesultanan. Wilayah Ujung Kerangkeng hingga pesisir timur kesultanan Cirebon telah tunduk.

Dari sekian kisah, ada kisah menawan dari Pangeran Angkawijaya ini hingga menyingkir ke Pulosaren yakni akibat kekhawatiran tidak mampu menjaga hubungan Ratu Nyai Mas Gelampok isteri kakaknya yang menjadi Sultan Cirebon yang jatuh hati terhadapnya, menjadi alasan ia menyingkir.

Pangeran Angkawijaya merupakan keturunan kasunan Cirebon, yang menyingkir ke Desa Losari dengan tujuan mengembangkan bakatnya dibidang kreasi kesenian.

Seperti diceritakan dalam Babad Tanah Losari, Kisah Babad Tanah Cirebon (Kitab Purwaka Caruban) menyebutkan, Pangeran Angkawijaya menepi dari kehidupan Keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan Kerajaan yang serba gemerlap. 

Selain itu juga penyingkiran dari istana kasultanan karena adanya konflik Internal soal perjodohan antara dirinya dengan kakaknya yakni Panembahan Ratu. 

Saat itu Panembahan Ratu yang termasuk kakak Angkawijaya hendak menikahi Putri dari Raja Pajang yakni Nyai Mas Gamblok. 

Secara harafiah putri Gamblok lebih naksir sama Panembahan Losari (Angkawijaya), namun karena urutan usia, Panembahan Ratu yang lebih tua menyatakan berhak mengawini Nyai Mas gamblok.

Dari pada hal yang tidak dinginkan terjadi, Pangeran Panembahan Losari (Angkawijaya) lalu pergi ke arah Timur dari tanah Cirebon hingga menetap di daerah pedukuhan pinggir sungai Cisanggarung yang akhirnya dinamakan Losari. 

Pangeran Angkawijaya tercatat meninggal pada tahun 1580 dan dimakamkan di desa Losari Lor, ke arah selatan jalan Pantura dan berbelok ke utara desa Kecipir , Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.

Dari kisah hidup beliau kami belajar bahwa butuh keberanian untuk mengambil sebuah keputusan. Ketika beliau memilih menyingkir dari gemerlap dunia kerajaan, beliau diberi kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan bersama istri tercintanya hingga mampu menciptakan banyak hal. 

Tari Topeng, Batik Motif Mega Mendung dan Gringsing serta Kereta Kencana Kasepuhan Cirebon  merupakan bukti nyata kekuatan cinta beliau terhadap istrinya mampu membuat beliau menjadi orang hebat yang tercatat dalam sejarah. 

Dibalik kesuksesan lelaki, ada istri yang hebat dan luar biasa yang menjadi sumber kekuatan dan inspirasi seorang suami. 


Wallahu a'lam. 

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar

Posting Komentar