Ybia Indonesia - Teken-tekun-tekan adalah permainan kata dari leluhur Jawa untuk menggambarkan bagaimana cara menjalani hidup di mayapada. Teken bermakna tongkat, panduan, dalam menjalani hidup. Teken bisa juga dimaknai sebagai agama atau ageman, pegangan yang dikukuhi ketika menjalani hidup. Dalam ngelmu Tasawuf, teken berada di level syariat: seperangkat aturan, etika, untuk menjalani hidup. Teken bukanlah tujuan; ia hanyalah alat untuk menuju cita-cita yg dikehendaki. Sejatinya setiap orang punya teken yg berbeda sesuai dgn kecocokan pribadinya. Sayangnya, banyak yg berhenti di level teken, bahkan menuhankan teken; selain teken yg diagemnya, tidak ada lagi teken yg layak diagem
Ketika seseorang sudah mempunyai teken, ia mesti menapaki level selanjutnya, yaitu tekun, menjalani dgn setia (istiqamah) dan penuh penghayatan melalui arahan teken. Dalam ngelmu Tasawuf, tekun berada di level tarekat, suluk, laku spiritual. Siapa saja yg tekun menjalani laku spiritual, ia pasti sampai pada tahapan selanjutnya, yaitu tekan. “Sopo sing tekun bakal tekan. Siapa yg tekun bakal sampai.” Begitu kata leluhur. Tiada kesetiaan yang sia-sia
Tekan adalah buah yang akan dipetik para pejalan spiritual yg tekun (penekno blimbing kuwi dalam tembang Lir-Ilir). Dalam ngelmu Tasawuf, tekan berada pada level hakikat & makrifat. Orang yang tekun berjalan dengan tekennya, tak peduli rintangan apa pun yg dihadapinya dalam perjalanan (lunyu-lunyu yo penekno dalam tembang Lir-Ilir), pasti akan mampu mengetahui hakikat dari apa-apa yg terkandung di dalam dan di luar tekennya. Dan jika Gusti menghendaki, ia akan diundang memasuki istana-Nya yg tak tepermanai keindahannya (kanggo sebo mengko sore dalam tembang Lir-Ilir). Ketika ia memasuki istana-Nya, ia akan memperoleh karunia terbesar, yaitu melihat diri-Nya sendiri dalam rupa yang gilang-gemilang: makrifat!
Buku penting yang mengulas tentang Wali Songo yang masih sangat terbatas dibaca adalah karya Syaikh Abul Fadhol Senori Tuban dengan judul asli Ahla al-Musamarah fi Hikayat al-Aulia’ al-Asyrah yang kemudian diterbitkan versi terjemah dengan judul “Silsilah Sepuluh Wali Sebuah Perjuangan dan Islamisasi di Tanah Jawa”. Klik Link https://bit.ly/3iVfqb5 untuk info pemesanan buku mbah Fadhol
Mbah Fadal menulis kitab ini diniatkan untuk pelajaran dan pengingat bagi generasi mendatang. Menurut Mbah Fadal dalam pengantar kitab yang ditulis tahun 1381 H ini, mengetahui sejarah sangat penting bagi orang yang mau berfikir dan mengambil pelajaran dari umat terdahulu dan Allah SWT menyuruh kita untuk berjalan di penjuru bumi untuk memperhatikan bekas-bekas umat terdahulu. Buku ini mengulas tentang geneologi (silsilah) para penyebar Islam di Nusantara, meskipun jika dibaca oleh sebagian kelompok (Islam kanan) tidak akan sepakat dengan dalih terlalu menyederhanakan proses penyebaran Islam di Nusantara jika hanya mengkultuskan Wali Songo.
Tidak ada komentar
Posting Komentar