Kajian Ilmiah dan Spiritual (sufistik), "Nafsu"

Tidak ada komentar

 



Oleh: ki alit Pranakarya 

Ybia Indonesia - Nafsu merupakan suatu keinginan manusia akan sesuatu. Pada dasarnya wajar saja manusia memiliki keinginan akan sesuatu selama tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT.

Nafsu secara etimologi berarti jiwa. 
Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf akhlaq: nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Adapun pengertian hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita yang cenderung negatif baik bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan tubuh kita seperti makanan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya,

Nafsu yang bersifat maknawi yaitu, nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pinter, paling berperan, paling hebat, nafsu ingin disanjung dan lain-lain. 
Hawa nafsu inilah yang mengakibatkan pengaruh buruk/negatif bagi manusia.

Beberapa pendapat mengatakan nafsu berarti: keinginan, kecendrungan, dorongan jiwa yang kuat untuk melakukan perbuatan entah itu perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk.

Pandangan ki alit Pranakarya, nafsu adalah dorongan yang menarik manusia ke bumi/tarikan bumi.
Manusia itu memiliki dua tarikan yang saling berlawanan, yaitu: tarikan langit dan tarikan bumi. Tarikan langit adalah tarikan malaikat dan tarikan bumi adalah tarikan binatang atau juga kerendahan.

Tarikan langit dan tarikan bumi ini mengisyaratkan jika manusia menuruti tarikan langit maka ia telah menyucikan jiwanya. Sebaliknya, jika manusia menuruti tarikan bumi maka ia telah mengotori jiwanya. 
Dengan demikian manusia dapat mencapai posisi lebih tinggi daripada malaikat dan juga dapat lebih rendah daripada binatang.

Dari pengertian di atas dapatlah kita menarik sebuah kesimpulan, nafsu adalah bagian dari jiwa kita yang mendorong kita untuk melakukan sebuah tindakan baik itu tindakan yang menyebabkan kita menjadi sukses maupun tindakan yang menyebabkan kita menjadi orang yang gagal.

Setiap dari kita pasti sibuk melakukan sesuatu, sibuk belajar, sibuk bekerja, atau juga sibuk melamun. Semua kesibukan yang kita lakukan itu semua karena dorongan nafsu. 
Karena nafsu lah kita melakukan sesuatu.

Adapun nafsu ada 7 tingkatan sebagai berikut:

1. Nafsu Amarah:
Nafsu ini adalah nafsu yang paling mudah menjerumuskan manusia kedalam panasnya api neraka. 
Orang yang memiliki nafsu ini tentu tidak kenal dengan yang namanya akhirat. Orang ini senang melakukan perbuatan yang dilarang asalkan dirinya bisa merasa senang dengan perbuatannya itu. Nafsu ini telah dijelaskan dalam surat yusuf :
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". ( Yusuf 53)

Mereka yang memiliki nafsu amarah mudah putus asa jika diuji oleh Allah SWT. Maka dari itu mereka berlomba-lomba melakukan perbuatan dosa untuk membuat dirinya senang.

2. Nafsu Lawwamah:
Nafsu ini tingkatannya lebih tinggi daripada nafsu amarah. 
Orang yang berada pada tahap nafsu lawwamah ini sudah tau antara perbuatan yang dilarang dan amal kebajikan. 
Saat jatuh pada kejahatan dia masih merasa puas namun disisi lain ia menyesali perbuatannya itu. 
Dia Kadang ia berbuat baik dan setelah itu akan kembali melakukan perbuatan dosa lagi. Orang yang seperti ini masih belum bisa dijamin masuk surga.

3. Nafsu Mulhamah:
Orang yang berada pada tingkatan ini apabila hendak melakukan amal kebajikan terasa berat. Namun dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan-kebaikan karena ia sudah mulai takut pada kemurkaan Allah dan pedihnya api Neraka. 
Bila berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat. 
Namun ia masih dapat melawan dengan membayangkan nikmatnya berada di Syurga. 
Dia sudah mengenal penyakit-penyakit yang berada dalam hatinya. Seperti: iri hati, dengki, syirik, dll.

Tapi dia masih belum bisa melawan. Bila penyakit-penyakit hati ini sudah tidak ada lagi, ia akan rasa satu kenikmatan baru dalam hatinya dan akan merasa benci dalam melakukan kejahatan. 
Dan pada saat itu dia telah meningkat ke taraf nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah.

4. Nafsu Muthmainnah:
Orang yang berada dalam tingkatan ini sudah dijamin masuk surga. 
Sesuai dengan yang terkandung dalam surat Al-Fajr ayat 27-30 : 
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku”.

Orang yang berada dalam tingkatan ini senantiasa dijauhkan dari rasa cemas dan gelisah atas segala ketetapan Allah SWT dan selalu merasa sejuk hatinya, tenteram jiwanya, jika dia bisa melakukan suatu amal kebajikan. Hatinya senantiasa rindu pada Allah SWT.

5. Nafsu Radhiah:
Sifat dari nafsu ini adalah dia selalu menganggap yang makruh itu haram, dan yang sunat ia anggap itu kewajiban. 
Jika ia tidak melaksanakan apa yang disunat kan, ia merasa berdosa. Baginya takdir baik atau buruk adalah sama saja. 
mereka tidak peduli dengan urusan yang berbau dunia, karena hati mereka hanya pada Allah dan ridho atas segala keputusan yang Allah berikan kepadanya.

6. Nafsu Mardhiyah:
Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan nafsu radhiyah. 
Yang istimewa pada tingkatan ini adalah Bukan hanya orang pada tingkatan nafsu ini yang sangat mencintai Allah SWT, tapi Allah SWT juga sangat mencintainya. 
Dia buat Allah SWT cinta padanya dengan melaksanakan apa yang di sunatkan dan tidak melaksanakan sebuah dosa walaupun sekecil jarum di lautan.

Sesuai dengan Hadist Qudsi :
Senantiasa hambaku mendekatkan diri kepadaku dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku cinta padanya. Maka apabila Aku telkah mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, perkataannya yang dengannya ia berkata, jadilah Aku tangannya yang dengannya ia berbuat, jadilah Aku kakinya yang dengannya ia melangkah, dan akalnya yang dengannya ia berpikir”

7. Nafsu Kamilah:
Tingkatan yang ketujuh ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia yang suci dan sempurna. 
Yang terpelihara dari perbuatan tercela dan Allah selalu mengawasi dan membimbingnya.

Untuk meraih nafsu dari level yang paling bawah hingga level diatasnya dibutuhkan waktu yang bertahun-tahun hingga Allah SWT yakin akan usahanya.

Untuk itu marilah kita tak terkecuali saya sendiri berlomba-lomba untuk meningkatkan level nafsu kita hingga ke tingkat yang lebih tinggi agar kita semua ditempatkan oleh Allah SWT di taman surganya yang tak dapat dilukis oleh panca indera kita karena keindahannya. 
Amiin…

Dari berbagai sumber 

Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.
ki alit Pranakarya 
Pendiri/Ketua FSSN Foundation (Forum Silaturahmi Spiritual Nusantara).

Tidak ada komentar

Posting Komentar